Aku adalah lelaki
yang sungguh mencintaimu, tak perlu kau tanyakan lagi, hari inipun aku siap
mempersuntingmu, menjadikanmu ibu dari anak- anakku. Menjadikanmu sahabat hingga
akhir dunia ini, bahkan dunia selanjutnya. Tapi mau diapakan lagi, bahwa
sesungguhnya cinta terkadang bisa menjadi dilemma berkepanjangan, rasa menjadi sesuatu
yang sulit untuk kufahami saat ini, karena pada dasarnya cinta bukanlah sekedar
urusan kita berdua, tapi juga urusan semua keluarga.
Kemarin kita
dipertemukan,oleh seorang kerabat. Saat itulah aku melihatmu pertama kali,
wanita berkulit putih dengan semu merah di pipinya. Kau tampak malu-malu, dan
itulah yang semakin membuatku yakin untuk mempersuntingmu. Kita memang terpisah
jarak yang jauh, pertemuan selanjutnya hanya melalui dunia maya.tapi aku tahu
kau telah sangat yakin terhadap diriku, seseorang yang akan menjadi calon
imammu.
Tapi kenyataannya
perasaan yang sama sama kita rasakan tak menadapat restu mereka, ini bukan
tentang kedua orang yang telah merawatku, tapi tentang manusia yang sama-sama
terlahir dari sebuah rahim. Mereka menolakmu, entah apa yang mereka fikirkan,
kenapa mereka tak menyukai gadis sepertimu. Aku juga tak habis fikir betapa
mereka sangat picik, sampai menilai seseorang hanya dari luar, tanpa mau mengenal
dari dalam.
Pada akhirnya
kuceritakan semua padamu, tapi kau hanya diam, dan memilih untuk tak berkata
apa apa. Aku merasa amat berdosa pada dirimu, bila hanya memberikan harapan
semu. Ingin ku ajak kau berlari bersama, memulai kehidupan baru tanpa mereka. Tapi
kau menolaknya, dan secara perlahan-lahan menghilang tanpa jejak.
Dan kini yang tersisa
diantara kita hanya sebuah memori yang tak bisa kuhapus dari ingatan. Aku mencintaimu,
dan ingin hidup bersamamu, namun pada akhirnya kita harus seperti ini,
menjalani hidup sendiri sendiri, maafkan aku yang hanya menoreh harapan semu,
dan membuat harapan palsu. Aku ingin tetap mempertahankan pilihanku tanpa
intervensi dari siapapun tapi ternyata kau berbeda, bagimu hubungan bukan
tentang kita berdua, tapi juga mereka. Semoga kau selalu bahagia, bersama
lelaki yang kelak menjadi imam abadimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar