Izinkanlah kami
untuk mencurahkan isi hati kami pada Anda wahai
masyarakat yang budiman, mungkin beberapa fakta ini bisa dijadikan bahan
pertimbangan sebelum kalian membayangkan kami seperti apa. Karena kami tidak
ingin Anda sekalian terjerumus dalam kesesatan nyata , salah tafsir, gagal
faham *ehh akan jurusan kami. Kami juga manusia biasa yang ingin di dengarkan
apa kata hatinya *mewek. Sungguh, kami harap Anda tidak akan tersinggung dengan
curahan ini, karena curahan hati ini tidak akan mengurangi rasa hormat kami
pada Anda semua.
“ Maaf mas/mbak bacanya sikologi bukan psikologi”
Fakta ini *catet psikologi merupakan bahasa Yunani (psycho:jiwa,
logos: ilmu), dan kami selalu memaafkan kesalahan baca orang-orang yang kami
temui karena kami menyadari bahwa kami hidup di Indonesia bukan di Yunani.
“ Oh… jadi
jurusannya psikologi yaa, kamu bisa gak baca fikiran pacar aku??”
Dengan cengar-cengir kami cuma bisa menjawab bahwa kami hanya manusia
biasa bukan dukun, Nabi apalagi Dewa. “Aku bukan Nabi yang bisa sempurna, ku
tak luput dari dosa” *itu kan Rossa. Kami tidak bisa langsung tahu fikiran
orang. Tidak bisa asal tebak, kami juga butuh pengamatan, observasi, dan
berbagai test psikologi. “Saya bukan cenayang mbak, coba tanya ke Mama
Laurent aja… hehehe”
“ Baru wisuda
mbak??? Udah jadi psikolog dong”
Tak semudah itu prosesnya. Baru juga S1, dan fakta yang paling
menyedihkan kami harus menempuh S2 untuk menjadi seorang psikolog “lho tapi papaku
dulu cuma S1!!”, itu kan dulu
jamannya papa kamu. Dan faktanya gak semua mahasiswa psikologi jadi psikolog. “Adek
SMA yang imut, fikir baik-baik sebelum memilih psikologi sebagai masa
depanmu!!”. Jangan sampai salah milih yaa.
“Ciyee… yang
tiap hari ngedate sama orang gila”*pengen lempar sandal''
Kalau untuk yang satu ini, gak selalu berurusan dengan orang gila
kok. Tergantung minat, kalau minatnya di psikologi klinis dan bekerja di rumah
sakit jiwa, atau kerja di LSM yang ngurusin orang sakit jiwa baru deh kami
ngedate sama orang gila *lho. Tapi banyak juga kok yang jadi HRD, guru BP, dll.
Nasib sudah ada yang atur dan kami gak jomblo akut yang sampe penderita
skizofernia atau bipolar di ajak ngedate, hahaha.
“Nak… mama
berharap kamu segera menjadi psikiater!!” sambil ngelus-ngelus rambut.
Aduh mama, psikiater sama psikolog itu beda lho. Kami bukan dokter
spesialis kejiwaan (Psikiater). Jurusan kami psikologi lho… kami tidak bisa
memberikan resep (farmakoterapi), wilayah kerja kami psikoterapi,
bahasa awamnya ngomong dan mendengarkan. “dari pada mengharap menjadi
psikiater mending mengharap cucu deh” *cengengesan.
Kami harap dengan ini kami
dan anda semua bisa saling mengerti dan memahami, karena hubungan tanpa
pemahaman bagi sayur tanpa garam. Semoga curahan hati kami turut serta
mencerdaskan bangsa ini. Kami tak akan pernah menaruh letih dan lelah untuk
selalu membantu anda yang bermasalah untuk menemukan jalan keluar anda. Kami
siap menjadi pendengar setia dan teman curhat yang baik. Menjadi mahasiswa psikologi
telah menuntut kami untuk bertemu banyak orang baik dari dunia nyata, dunia
maya, atau pun dunia lain (emang kita cenayang *mewek). Manusia, perilaku, dan
permasalahnnya sudah wajib menjadi makanan sehari-hari kami (nasi kalii!!).
Manis asam kehidupan sebagai mahasiswa psikologi tak akan lengkap tanpa
kehadiran anda semua. Terima kasih telah membuat kami lebih bijak dalam
memandang hidup, tetap semangat dan terus bahagia!!! :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar